Resensi bahasa indonesia
RESENSI NOVEL PERAHU KERTAS”
A.
Identitas Novel
Judul
Novel :
Perahu Kertas
Penulis
:
Dewi Lestari “Dee”
Penerbit
:
Bentang Pustaka. yogyakarta
Tahun
Terbit :
1 agustus 2010
Jumlah
Halaman :
XII
+ 444 halaman; 20 cm
Harga buku : Rp. 58.500
ISBN : 978-979-1227-78-0
Tentang Penulis
Dewi
Lestari, yang bernama pena Dee, lahir di Bandung, 20 Januari 1976. Novel Perahu
Kertas ini sudah lebih dulu dilansir dalam versi digital (WAP) pada April 2008,
dan kini diterbitkan atas kerja sama antara Truedee Books dan Bentang Pustaka.
Naskah yang awalnya ditulis pada 1996 dan sempat ‘mati suri’ selama 11 tahun
ini akhirnya ditulis ulang oleh Dee pada akhir 2007, menjadikan Perahu Kertas
sebagai novel pertamanya yang bergenre populer. Perahu Kertas adalah karya Dee
yang keenam sesudah Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh, Supernova:
Akar, Supernova: Petir, Filosofi Kopi, dan Rectooverso.
B. Sinopsis Novel “Perahu Kertas”
– Dewi Lestari (Dee)
Diwarnai pergelutan idealisme, persahabatan, tawa,
tangis, dan cinta, “Perahu Kertas” tak lain adalah kisah perjalanan hati yang
kembali pulang menemukan rumahnya.
Novel
ini mengangkat tema persahabatan empat sekawan , dimana kisah ini dimulai
dengan Keenan, seorang remaja pria yang baru lulus SMA, yang selama enam tahun
tinggal di Amsterdam bersama neneknya. Keenan merupakan sosok yang cerdas dan
memiliki bakat melukis yang sangat kuat, dan ia tidak punya cita-cita lain
selain menjadi pelukis, tapi perjanjiannya dengan ayahnya memaksa ia
meninggalkan Amsterdam dan kembali ke Indonesia untuk kuliah. Keenan diterima
berkuliah di Bandung, di Fakultas Ekonomi.
Di
sisi lain, ada Kugy, cewek unik cenderung memiliki penampilan
berantakan-eksentrik, namun ia memiliki imaginasi yang tinggi, ia juga akan
berkuliah di universitas yang sama dengan Keenan. Sejak kecil, Kugy
menggila-gilai dongeng. Tak hanya koleksi dan punya taman bacaan, ia juga
senang menulis dongeng. Cita-citanya hanya satu yaitu ingin menjadi juru
dongeng. Namun Kugy sadar bahwa penulis dongeng bukanlah profesi yang
meyakinkan dan mudah diterima di lingkungan. Tak ingin lepas dari dunia
menulis, Kugy lantas meneruskan studinya di Fakultas Sastra.
Kugy
dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko adalah sepupu Keenan,
sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil. Terkecuali Noni, mereka semua
hijrah dari Jakarta, lalu berkuliah di universitas yang sama di Bandung. Mereka
berempat akhirnya bersahabat karib. Lambat laun, Kugy dan Keenan, yang memang
sudah saling mengagumi, mulai mengalami transformasi. Diam-diam, tanpa pernah berkesempatan
untuk mengungkapkan, mereka saling jatuh cinta. Namun kondisi saat itu serba
tidak memungkinkan. Kugy sudah punya kekasih, cowok bernama Joshua, alias Ojos
(panggilan yang dengan semena-mena diciptakan oleh Kugy). Sementara Keenan saat
itu dicomblangkan oleh Noni dan Eko dengan seorang kurator muda bernama Wanda,
sesosok gadis yang senasib dengan keenan. Keduanya berbakat menjadi pelukis
namun kedua orang tua mereka jugalah yang tidak setuju karena orang tua mereka
berpendapat bahwa lukisan tidak bisa menghasilkan uang untuk hidup. Karena
merasa senasib, hubungan keduanya semakin dekat.
Namun,
saat Kugy melihat hal itu, ia seperti cemburu namun ia juga berusaha untuk
menampiknya. Toh, dia juga sudah punya cowok. Entah apa yang ada dibenak Wanda
hingga ia mau melakukan apa saja demi menunjukkan rasa cintanya pada Keenan. Ia
memang berhasil! Ia memang berhasil membuat Keenan menjadi kekasihnya sekarang.
Saat mendengar bahwa Wanda dan Keenan sudah menjadi sepasang kekasih, Kugy
seakan ditombak peluru tepat pada dadanya. Kugy tak tahu apa yang ia rasakan.
Kugy bingung dengan perasaannya sendiri. Disatu sisi, ia memiliki Ojos
kekasihnya, namun disatu sisi ia merasa ada special feeling buat Keenan. Ojos
mulai merasakan perubahan sikap pada Kugy. Ia merasa Kugy sudah tak peduli lagi
padanya. Hingga akhirnya, hubungan mereka kandas.
Persahabatan
empat sekawan itu mulai merenggang. Kugy lantas menenggelamkan dirinya dalam
kesibukan baru, yakni menjadi guru relawan di sekolah darurat bernama Sakola
Alit. Di sanalah ia bertemu dengan Pilik, muridnya yang paling nakal. Pilik dan
kawan-kawan berhasil ia taklukkan dengan cara menuliskan dongeng tentang kisah
petualangan mereka sendiri, yang diberi judul “Jenderal Pilik dan Pasukan
Alit”. Kugy menulis kisah tentang murid-muridnya itu hampir setiap hari dalam
sebuah buku tulis, yang kelak ia berikan pada Keenan.
Hubungan
Keenan dengan Wanda yang awalnya mulus pun mulai berubah. Wanda berfikir,
Keenan tak sepenuhnya mencintainya hingga mereka berdua menghadapi konflik
besar dan akhirnya mereka kandas juga. Saat dua pasang kekasih itu tak lagi
menjalin cinta. Keenan disadarkan dengan cara yang mengejutkan bahwa impian
yang selama ini ia bangun harus kandas dalam semalam. Dengan hati hancur,
Keenan meninggalkan kehidupannya di Bandung, dan juga keluarganya di Jakarta.
Ia lalu pergi ke Ubud, tinggal di rumah sahabat ibunya, Pak Wayan.
Masa-masa
bersama keluarga Pak Wayan, yang semuanya merupakan seniman-seniman sohor di
Bali, mulai mengobati luka hati Keenan pelan-pelan. Sosok yang paling
berpengaruh dalam penyembuhannya adalah Luhde Laksmi, keponakan Pak Wayan.
Keenan mulai bisa melukis lagi. Berbekalkan kisah-kisah “Jenderal Pilik dan
Pasukan Alit” yang diberikan Kugy padanya, Keenan menciptakan lukisan serial
yang menjadi terkenal dan diburu para kolektor.
Kugy,
yang juga sangat kehilangan sahabat-sahabatnya dan mulai kesepian di Bandung,
menata ulang hidupnya. Ia lulus kuliah dengan cepat dan langsung bekerja di
sebuah biro iklan di Jakarta sebagai copywriter. Di sana, ia bertemu dengan
Remigius, atasannya sekaligus sahabat abangnya. Kugy meniti karier dengan cara
tak terduga-duga. Pemikirannya yang ajaib dan serba spontan membuat ia menjadi
orang yang diperhitungkan di kantor itu. Namun Remi melihat sesuatu yang lain.
Ia menyukai Kugy bukan hanya karena ide-idenya, tapi juga semangat dan kualitas
unik yang senantiasa terpancar dari Kugy. Dan akhirnya Remi harus mengakui
bahwa ia mulai jatuh hati. Sebaliknya, ketulusan Remi juga akhirnya meluluhkan
hati Kugy.
Sayangnya,
Keenan tidak bisa selamanya tinggal di Bali. Karena kondisi kesehatan ayahnya
yang memburuk, Keenan terpaksa kembali ke Jakarta, menjalankan perusahaan
keluarganya karena tidak punya pilihan lain. Walaupun Keenan melakukan
"long-distance" dengan Luhde dan Kugy tidak bisa selalu bertemu tiap
hari dengan Remi, hubungan cinta mereka baik-baik saja. Mereka merasa telah
menemukan cinta masing-masing. Namun, hal tersebut tak bertahan lama. Luhde
merasa hati Keenan tak sepenuhnya untuk dirinya dan Remi-pun juga merasa
seperti itu. Dan pada akhirnya lukisan dan dongeng itu bersatu serta hati dan
impian mereka bertemu.
Pertemuan
antara Kugy dan Keenan tidak terelakkan. Bahkan empat sekawan ini bertemu lagi.
Semuanya dengan kondisi yang sudah berbeda. Dan kembali, hati mereka diuji.
Kisah cinta dan persahabatan selama lima tahun ini pun berakhir dengan kejutan
bagi semuanya. Akhirnya setiap hati hanya bisa kembali pasrah dalam aliran
cinta yang mengalir entah ke mana. Seperti perahu kertas yang dihanyutkan di
parit, di empang, di kali, di sungai, tapi selalu bermuara di tempat yang sama.
Meski kadang pahit, sakit, dan meragu, tapi hati sesungguhnya selalu tahu.
C. Penilaian Pribadi
Novel
dari Dewi “dee" Lestari yaitu “Perahu Kertas” sangat bagus, dimana dalam
novel ini mengangkat tema persahabatan empat sekawan yang easy-reading dan
heart-catcing untuk pembaca dari berbagai lapisan usia. Dikemas dengan bahasa
dan pendeskripsian keadaan yang lugas tetapi penuh syarat akan nilai-nilai
serta makna kehidupan. Tidak hanya bercerita tentang remaja, tetapi bercerita
tentang dinamika kehidupan empat orang remaja serta korelasinya dengan
lingkungan internal.
Kelebihan
:
Novel ini memuat cerita yang sungguh sedehana dan biasa, namun dengan kemasan ala Dewi Lestari novel ini dapat menenggelamkan pembacanya untuk tidak berhenti mambaca.
Pendalaman Tokoh yang hadir sangat unik dan menarik. Dan itu merupakan salah satu kekuatan buku ini yang tak bisa di bantah.
Dalam cerita ini Dewi Lestari dapat memainkan perasaan para pembaca mengikuti alur cerita yang di inginkan.
Kekurangan :
Dalam alur ceritanya terkadang terlalu di buat-buat. Contohnya seperti pertemuan yang sangat kebetulan. Jadi seolah-olah terkesan direncanakan.
Novel ini memuat cerita yang sungguh sedehana dan biasa, namun dengan kemasan ala Dewi Lestari novel ini dapat menenggelamkan pembacanya untuk tidak berhenti mambaca.
Pendalaman Tokoh yang hadir sangat unik dan menarik. Dan itu merupakan salah satu kekuatan buku ini yang tak bisa di bantah.
Dalam cerita ini Dewi Lestari dapat memainkan perasaan para pembaca mengikuti alur cerita yang di inginkan.
Kekurangan :
Dalam alur ceritanya terkadang terlalu di buat-buat. Contohnya seperti pertemuan yang sangat kebetulan. Jadi seolah-olah terkesan direncanakan.
Komentar
Posting Komentar